1.Hukum dan keutamaannya
Sholat witir hukumnya sunnah
muakkadah, Rasulullah sangat menganjurkan dan sangat mendorong untuk
mengerjakannya “Dari Abu Hurairah dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai yang
ganjil”(Mutafaqun Alaih: Fathul Bari XI: 214 no;6410 dan Muslim IV: 2062
no;2677)
Madzhab Hanafi berkata, “Bahwa hukum sholat witir
adalah wajib, tetapi pendapat yang benar adalah sunnah muakkad.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Barang
siapa yang meninggalkan sholat witir, maka ia adalah laki-laki yang buruk tidak
semestinya persaksiannya di terima.”
2.Waktu sholat witir
Shalat witir boleh di kerjakan antar waktu isya dan
subuh , namun yang paling afdhol adalah sepertiga malam terakhir, Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam bersabda:
إنّ الله قد أمدّكُم بِصَلاَةٍ وَهِي الوِتْرُ جعله الله
لكم فيما بين صَلاَةِ العِشاء إلي أن يطلعَ الفجْر
“Sesungguhnya Allah mengulurkan
kepadamu dengan sholat, yaitu sholat witir, Allah menjadikan untuknya di
saat setelah sholat isya sampai waktu fajar.”(HR.at-Tirmidzi: 425, dan di
sahihkan oleh syekh al-Albani dalam sahih sunan at-Tirmidzi)
Sehingga dapat di simpulkan bahwa waktu yang utama
adalah maka dia menundanya hingga akhir waktu, karena sholat di akhir malam ia
disaksikan. Tetapi barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam
maka hendaklah ia sholat witir sebelum tidur, Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam bersabda:
من خاف أن لا يقوم من آخر الليل
فليوتر أوله ، ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر آخر الليل ، فإن صلاة آخر الليل مشهودة
، وذلك أفضل ‘
“Barang siapa yang takut
bangun di akhir malam maka hendaklah ia mendahulukan witirnya dan barang
siapa yang ingin bangun akhir malam, maka hendaklah ia sholat di akhir malam,
karena sholat di akhir malam itu di saksikan dan lebih utama.(HR. Muslim 755).”
Imam Nawawi rahimahullah berkata: ini pendapat
yang benar, hadits lainnya yang muthlaq di bawakan kepada hadits shohih lagi
jelas ini. Di antaranya:
أوصاني خليلي أن لا أنام إلاّ على وتر
“Dan kekasihku berpesan kepadaku
agar aku tidak tidur kecuali setelah sholat witir”
Yaitu di bawakan kepada orang yang tidak biasa bangun
(di akhir malam)
3. Jumlah raka’atnya
Jumlah raka’atnya sekurang-kurangnya adalah satu
raka’at berdasarkan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam:
الْوِتْرُ رَكْعَةٌ مِنْ آخِرِ
اللَّيْلِ
“Witir adalah satu raka’at di akhir
malam”(HR. Muslim: 752)
Dan sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam:
صلاة الليل مثنى مثنى ، فإذا خشي
أحدكم الصبح صلى ركعة واحدة توتر له ما قد صلى
“Sholat malam itu (jumlahnya) dua
raka’at-raka’at apabila kamu khawatir, maka apabila salah seorang dari kamu
khawatir (sudah tibawaktu) sholat subuh ia sholat satu raka’at mengganjilkan
baginya sholatnya. (HR. Bukhori 911, Muslim 749).”
Apabila seseorang hanya mampu melaksanakan satu
raka’at maka ia telah melaksanakan sunnah, sholat boleh dilaksanakan satu,
tiga, lima, tujuh, dan Sembilan raka’at.
Apabila dia melaksanakan sholat tiga raka’at ada dua
cara yan g bias ia lakukan yang semua itu di syariatkan;
Pertama,
melaksanakan langsung tiga raka’at dengan satu kali tasyahhud, berdasarkan
hadits Aisyah radiallahu anha ia berkata:“Nabi sallallahu alaihi wasallam
tidak salam dalam dua rakaat witir, dan dalam lafadz lain: “Beliau sholat
tiga raka’at dan tidak duduk kecuali di akhirnya.”(HR.an-Nasa’I:3/234,
al-Baihaqi: 3/31, an-Nawawi: dalam al-Majmu (4/7). Diriwayatkan oleh
an-Nasa’I dengan isnad yang hasan dan Baihaqi dengan ismad shohih.
Kedua, salam
setelah dua raka’at kemudian witir dengan satu raka’at berdasarkan riwayat dari
Ibnu Umar radiallahu anhuma: “Sesungguhnya ia memisahkan di antara
sholat genapnya dan witirnya dengan satu kali salam. Dan ia mengabarkan bahwa
Nabi melakukan hal itu. (HR. Ibnu Hibban 2435, Ibnu Hajar dalam fathul
bari 2/482 bahwa isnadnya kuat.
Adapun apabila ia sholat witir lima atau tujuh raka’at
sesungguhnya ia di laksanakan bersambung dan tidak tassyahud kecuali di
akhirnya dan salam, berdasarkan riwayat dari Aisyah radiallahu anha ia
berkata; “Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sholat malam tiga belas
raka’at, melaksanakan witir dengan hal itu dengan lima raka’at, tidak duduk
kecuali akhirnya.(HR. Muslim 737)
Dan dari Ummu Salamah radiallahu anha ia
berkata bahwa Nabi sallallahu alaihi wasallam sholat witir lima dan
tujuh raka’at dan beliau tidak memisah di antaranya dengan salam tidak pula
dengan ucapan,(HR. Ahmad: 6/290, an-Nasa’I: 1714, an-Nawawi berkata sanadnya
jayyid. Al-Fath ar-Rabbani (2/297 dan di shohihkan oleh syekh al-Albani dalam
shohih an-Nasa’I).
Dan apabila ia sholat Sembilan raka’at, maka
sesungguhnya ia di laksanakan bersambung dan duduk untuk tassyahud pada raka’at
ke delapan kemudian ia bangkit dan tidak salam, lalu tassyahud di raka’at ke
Sembilan dan salam,berdasarkan hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah radiallahu
anha sebagai mana dalam shohih muslim (746), sesungguhnya Nabiullah sholat
Sembilan raka’at, tidak duduk padanya kecuali pada raka’at ke delapan. Maka
beliau berzidkir dan memuji Allah serta berdoa kepada-Nya kemudian bangkit dan
tidak salam. Kemudian beliau berdiri dan sholat pada raka’at ke Sembilan,
kemudian duduk berzidkir kepada Allah berdo’a dan memujij kepada-Nya kemudian
beliau salam dan kami mendengarnya.
Dan apabila ia sholat witir sebelas raka’at, maka
sesungguhnya ia salam pada setiap dua raka’at dan witir denga satu raka’at
darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar