Kaum muslimin
yang dirahmati Allah, kegiatan mendatangi dukun, paranormal, atau orang pintar
adalah suatu hal yang memang diakui banyak terjadi di negri ini. Urusan yang
dikehendakipun beraneka ragam; mulai dari menyembuhkan penyakit (ruqyah),
mencari jodoh (pelet), meramal nasib, sampai berniat jahat terhadap orang
(santet).
Rasulullah SAW bersabda: “Ruqyah
(jampi-jampi), Tiwalah (Pelet), dan Tama’im (Jimat) adalah syirik” (Ahmad)
Yang dikhawatirkan dari fenomena
ini yaitu di mana orang awam mulai tertipu dengan penampilan paranormal yang
dibungkus jubah ustad. Orang-orang pada umumnya tentu mengira bahwa metode
pengobatan sang paranormal ini menggunakan cara islam, karena penampilannya
memang terlihat islami. Apalagi jika jimat dan mantera yang digunakan ditulis
berbahasa Arab, maka semakin mantaplah image positif dari sudut pandang
masyarakat awam tentang hal ini.
Ketahuilah, klaim yang sering
diungkapkan para orang pintar tersebut dalam kemampuannya melihat jin,
berinteraksi dengan alam gaib, dsb. adalah tidak lebih sebagai suatu kebohongan
semata. Sebagai orang yang beriman, kita diperintahkan untuk mengimani (yakin)
terhadap adanya alam gaib yang tak kasat mata. Namun ada batasannya, mengimani
bukan berarti harus sampai mendalami hal yang seperti itu hingga akhirnya
memiliki kemampuan supranatural dalam bersinggungan dengan hal gaib.
Allah SWT berfirman: “Allah
mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada
siapapun tentang hal itu kecuali kepada Rasul yang
diridhai-Nya.” (Al Jinn 26-27)
Ayat Al Qur’an di atas adalah
dalil bahwa manusia ditakdirkan untuk tidak dapat melihat jin dan tidak diberi
kemampuan untuk mengetahui hal yang sifatnya gaib kecuali hanya sekedar di
imani saja. Ya!! Cukup diimani saja. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan
Allah: “Kitab Al Qur’an ini tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk
kepada mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada
yang gaib” (Al Baqarah 2-3).
Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya
iblis dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kamu dari tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka.” (Al A’raaf 27)
Imam Syafi’i mengatakan: “Barangsiapa
mengatakan bahwa dia melihat jin, maka kami batalkan persaksiannya.”
(Fathul Bari, 6/530)
Baik surat Al A’raf ayat
27 maupun pendapat imam Syafi’i merupakan persetujuan bahwa kodrat manusia
adalah memang tidak bisa melihat hal gaib (jin). Namun hal ini dimaksudkan
dalam pengertian manusia tidak bisa melihat jin dalam bentuk aslinya. Adapun
jika jin tersebut dilihat oleh seseorang dalam bentuk binatang atau bentuk lain
selain dari bentuk aslinya, maka hal itu tidak dipermasalahkan karena ada
banyak hadist yang menceritakan tentang munculnya jin yang dilihat oleh para
sahabat.
Ibnu Hajar berkata: “Orang
yang mengklaim bahwa ia melihat sesuatu dari mereka setelah jin beralih kepada
bentuk-bentuk yang lain berupa binatang, maka tidak disalahkan, karena telah
datang banyak hadist perihal perubahan mereka dalam berbagai bentuk.” (Fathul
Bari, 6/396)
Hendaklah sebagai muslim untuk
membentengi diri dengan dzikir agar terhindar dari sihir dan
keburukan-keburukan orang yang berniat jahat. Dan apabila tertimpa kesulitan,
jangan sampai mengkonsultasikannya kepada para dukun dan tukang sihir.
Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa mendatangi peramal, lalu mempercayai
apa yang dikatakannya, maka shalatnya tak diterima selama 40 hari.”
(Muslim)
Mayoritas kalangan mazhab
Syafi’i mengatakan bahwa shalat orang tersebut tidak berpahala selama rentang
waktu tersebut. (Syarah Shahih Muslim XIV/446)
Imam Nawawi berkata: “Sangat
berlimpah hadist-hadist shahih yang melarang mendatangi dukun dan mempercayai
ucapan mereka.” (Syarah Shahih Muslim V/25)
Mengapa Imam Nawawi melarang
mendatangi dukun dan mempercayai ucapan mereka? Ini dikarenakan kemampuan gaib
sang dukun hanya berasal dari bisikan setan (jin) semata. Rasulullah SAW
bersabda: ”Mereka (para dukun) itu tidak ada apa-apanya.” Para sahabat
berkata: ”Ya Nabi!!! Adakalanya mereka meramal sesuatu dan ternyata benar.”
Rasulullah SAW bersabda: ”Itu adalah sesuatu yang didengar oleh jin
kemudian dibisikannya kepada para walinya dan mereka mencampurnya dengan
seratus kebohongan.” (Bukhari)
Dan ketahuilah satu hal penting…
Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahhab mengkategorikan para dukun sebagai salah satu
kafir thaghut. Berikut adalah kategorinya:
- Syetan yang menyeru agar beribadah kepada selain Allah SWT, dalilnya: ”Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Yassin: 60)
- Penguasa yang menrubah hukum Allah SWT, dalilnya: ”Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut.” (An Nisa: 60)
- Mereka yang berhukum selain dengan hukum Allah, dalilnya: ”Barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah orang-orang kafir.” (Al Maidah: 44)
- Mereka yang mengaku mengetahui perkara ghaib (dukun, paranormal), dalilnya: ”Allah mengetahui yang gaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada siapapun tentang yang gaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya.” (Al Jinn: 26-27)
- Orang yang diibadahi selain Allah dan dia ridha dengan hal itu, dalilnya: ”Barangsiapa di antara mereka mengatakan: ’Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain Allah,’ maka orang itu Kami berikan balasan berupa Jahannam.” (Al Anbiya: 29)
(Majmua’tut Tauhid, hal. 260)
Ibnu Quddamah Al Maqdisi berkata
mengenai dukun atau orang yang memiliki kemampuan gaib: ”Mempelajari dan
mengajarkan sihir adalah haram, kami tidak mengetahui ada perselisihan di kalangan
ahlu ilmi tentang masalah ini.” (Al Mughni 8/151)
Penjelasan singkat di atas
adalah himbauan kepada kaum muslimin agar mulai lebih teliti membedakan yang
mana ustad ahli sihir dan yang mana ustad sejati. Tentunya bagi mereka yang
berhati bersih bisa dengan jelas memahami betapa tidak baiknya meminta bantuan
para dukun dalam menyelesaikan suatu perkara. Jikalau syeikh besar seperti
Muhammad bin Abdul Wahhab menyatakan bahwa dukun itu adalah thaghut alias sudah
pasti kafir, maka kenapa saudara-saudara kita meminta bantuan kepada para orang
kafir (dukun)?
Akhir kata, hanya kepada
Allahlah kita berlindung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar